Jumat, 02 November 2012

BUDIDAYA DAN KEUNGGULAN PADI ORGANIK METODE SRI (System of Rice Intensification)

1.  1novasi metode SRI
SRI  adalah teknik budidaya padi yang mampu  meningkatkan produktifitas padi dengan cara
mengubah pengelolaan tanaman, tanah, air dan unsur hara,  terbukti telah berhasil meningkatkan
produktifitas padi sebesar 50% , bahkan di beberapa tempat mencapai lebih dari 100%.
Metode ini pertama kali ditemukan secara tidak disengaja di Madagaskar antara tahun 1983 -84 oleh 
Fr. Henri de Laulanie, SJ, seorang Pastor Jesuit asal Prancis yang lebih dari 30 tahun hidup bersama
petani-petani di sana. Oleh penemunya, metododologi ini selanjutnya dalam bahasa Prancis
dinamakan Ie Systme de Riziculture Intensive disingkat SRI. Dalam bahasa Inggris populer dengan
nama System of Rice Intensification disingkat SRI.
Tahun 1990 dibentuk Association Tefy Saina (ATS), sebuah LSM Malagasy untuk memperkenalkan
SRI. Empat tahun kemudian, Cornell International Institution for Food, Agriculture and Development
(CIIFAD), mulai bekerja sama dengan Tefy Saina untuk memperkenalkan SRI di sekitar Ranomafana
National Park di Madagaskar Timur, didukung oleh US Agency for International Development. SRI
telah diuji di Cina, India, Indonesia, Filipina, Sri Langka, dan Bangladesh dengan hasil yang positif.
SRI menjadi terkenal di dunia melalui upaya dari Norman Uphoff (Director CIIFAD). Pada tahun
1987, Uphoff mengadakan presentase SRI di Indonesia yang merupakan kesempatan pertama SRI
dilaksanakan di luar Madagaskar 
Hasil metode SRI sangat memuaskan. Di Madagaskar, pada beberapa tanah tak subur yang produksi
normalnya 2 ton/ha, petani yang menggunakan SRI  memperoleh hasil panen lebih dari 8 ton/ha,
beberapa petani memperoleh 10 – 15 ton/ha,  bahkan ada yang mencapai 20 ton/ha. Metode SRI
minimal menghasilkan panen dua kali lipat dibandingkan metode yang biasa dipakai petani. Hanya
saja diperlukan pikiran yang terbuka untuk menerima metode baru dan kemauan untuk bereksperimen.
Dalam SRI tanaman diperlakukan sebagai organisme hidup sebagaimana mestinya, bukan
diperlakukan seperti mesin yang dapat dimanipulasi. Semua unsur potensi dalam tanaman padi
dikembangkan dengan cara memberikan kondisi yang sesuai dengan pertumbuhannya. 2
2 . Prinsip-prinsip budidaya padi organik metode SRI 
1.  Tanaman  bibit muda berusia kurang dari 12  hari setelah semai (hss) ketika   bibit masih
berdaun 2 helai
2.   Bibit ditanam satu pohon perlubang dengan jarak 30 x 30, 35 x 35 atau lebih jarang
3.   Pindah tanam harus sesegera mungkin (kurang dari 30 menit) dan harus hati-hati agar akar
tidak putus dan ditanam dangkal
4. Pemberian air maksimal 2 cm (macak-macak) dan periode tertentu dikeringkan sampai pecah
(Irigasi berselang/terputus)
5.  Penyiangan sejak awal sekitar 10 hari dan diulang 2-3 kali dengan interval 10 hari
6.  Sedapat mungkin menggunakan pupuk organik (kompos atau pupuk    hijau)
3.  Keunggulan metode SRI 
1.  Tanaman hemat air, Selama pertumbuhan dari mulai tanam sampai panen memberikan air
max 2 cm, paling baik macak-macak sekitar 5 mm dan ada periode pengeringan sampai tanah
retak ( Irigasi terputus)
2.   Hemat biaya, hanya butuh benih 5 kg/ha. Tidak memerlukan biaya pencabutan bibit, tidak
memerlukan biaya pindah bibit, tenaga tanam kurang dll.
3.  Hemat waktu, ditanam bibit muda 5 - 12 hss, dan waktu panen akan lebih awal
4.   Produksi meningkat,  di beberapa tempat mencapai 11 ton/ha
5.   Ramah lingkungan, tidak menggunaan bahan kimia dan digantikan dengan mempergunakan
pupuk organik (kompos, kandang  dan Mikro-oragisme Lokal), begitu juga penggunaan
pestisida. 
4.  Teknik Budidaya Padi Organik  metode SRI
     4.1.   Persiapan benih
Benih sebelum disemai diuji dalam larutan air garam. Larutan air garam yang cukup untuk
menguji benih adalah larutan yang apabila dimasukkan telur, maka telur akan terapung.
Benih yang baik untuk dijadikan benih adalah benih yang tenggelam dalam larutan tersebut.
Kemudian benih telah diuji direndam dalam  air biasa selama 24 jam kemudian ditiriskan
dan diperam 2 hari, kemudian disemaikan pada media tanah dan pupuk organik (1:1) di
dalam wadah segi empat ukuran 20 x 20 cm (pipiti). Selama 7 hari. Setelah umur 7-10 hari
benih padi sudah siap ditanam 
     4.2.  Pengolahan tanah
Pengolahan tanah Untuk Tanam padi metode SRI tidak  berbeda dengan cara pengolahan
tanah untuk tanam padi cara konvesional yaitu dilakukan untuk mendapatkan struktur tanah
yang lebih baik bagi tanaman, terhidar dari gulma. Pengolahan dilakukan dua minggu
sebelum tanam dengan menggunakan traktor tangan, sampai terbentuk struktur lumpur.
Permukaan tanah diratakan untuk mempermudah mengontrol dan mengendalikan air. 
     4.3.  Perlakuan pemupukan
 Pemberian pupuk pada SRI diarahkan kepada perbaikan kesehatan tanah dan penambahan
unsur hara yang berkurang setelah dilakukan pemanenan. Kebutuhan pupuk organik pertama
setelah menggunakan sistem konvensional adalah 10 ton per hektar dan dapat diberikan
sampai 2 musim taman. Setelah kelihatan kondisi tanah membaik maka pupuk organik bisa
berkurang disesuaikan dengan kebutuhan. Pemberian pupuk organik dilakukan pada tahap
pengolahan tanah kedua agar pupuk bisa menyatu dengan tanah. 
4.4.Pemeliharaan
 Sistem tanam metode SRI tidak membutuhkan genangan air yang terus menerus, cukup
dengan kondisi tanah yang basah. Penggenangan dilakukan hanya untuk mempermudah
pemeliharan. Pada prakteknya pengelolaan air pada sistem padi  organik dapat dilakukan 3
sebagai berikut; pada umur 1-10 HST tanaman padi digenangi dengan ketinggian air ratarata 1cm, kemudian pada umur 10 hari dilakukan penyiangan. Setelah dilakukan penyiangan
tanaman tidak digenangi. Untuk perlakuan yang masih membutuhkan penyiangan
berikutnya, maka dua hari menjelang penyiangan tanaman digenang. Pada saat tanaman
berbunga, tanaman digenang dan setelah padi matang susu tanaman tidak digenangi kembali
sampai panen.
Untuk mencegah hama dan penyakit pada  SRI tidak digunakan bahan kimia, tetapi
dilakukan pencengahan dan apabila terjadi gangguan hama/penyakit digunakan pestisida
nabati dan atau digunakan pengendalian secara fisik dan mekanik
5. Pertanian Padi Organik Metode  SRI dan Konvesional . 
Sistem tanam padi SRI, pada prakteknya memiliki banyak perbedaan dengan sistem tanam
Konvensional (Tabel 3)
Tabel 3. Perbedaan sisten tanam padi Organik SRI dengan sistem Konvensional
No. Komponen Sistem konvensional Sistem organic SRI
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
-kebutuhan benih
-pengujian benih
-umur di persemaian
-Pengolahan tanah
-jumlah tanaman perlubang
-posisi akar waktu tanam
-pengairan
-pemupukan
-penyiangan
-rendemen
30-40 kg/ha
tidak dilakukan 
20-30 HSS
2-3 kali (Struktur lumpur)
rata-rata 5 pohon
tidak teratur
terus digenangi
mengutamakan pupuk
kimia
diarahkan kepada
pemberantasan gulma
50-60%
5-7 Kg/ha
dilakukan pengujian
7-10 HSS
3 kali (struktur lumpur dan
rata)
1 pohon/lubang
posisi akar horozontal (L)
disesuaikan dengan kebutuhan
hanya dengan pupuk organik
diarahkan kepada pengelolaan
perakaran
60-70%
Keterangan:  HSS = Hari setelah semai
6. Perbedaan Hasil  Cara SRI dengan Konvensional 
Kebutuhan pupuk organik dan pestisida untuk padi organik metode SRI dapat diperoleh dengan cara
mencari dan membuatnya sendiri. Pembuatan kompos sebagai pupuk dilakukan dengan memanfaatkan
kotoran hewan, sisa tumbuhan dan sampah  rumah tangga dengan menggunakan aktifator MOL
(Mikro-organisme Lokal) buatan  sendiri, begitu pula dengan pestisida dicari dari tumbuhan behasiat
sebagai pengendali hama. Dengan demikian biaya yang keluarkan menjadi lebih efisien dan murah. 
Penggunaan pupuk organik dari musim pertama ke musim berikutnya mengalami penurunan rata-rata
25% dari musim sebelumnya. Sedangkan pada metode konvensional pemberian  pupuk anorganik dari
musim ke musim cenderung meningkat, kondisi ini akan lebih sulit bagi petani konvensional untuk
dapat meningkatkan produsi apalagi bila dihadapkan pada  kelangkaan pupuk dikala musim tanam
tiba.
Pemupukan dengan bahan organik dapat memperbaiki kondisi tanah baik fisik, kimia maupun biologi
tanah, sehingga pengolahan tanah untuk metode  SRI menjadi lebih mudah dan murah, sedangkan
pengolahan tanah yang menggunakan pupuk anorganik terus menerus kondisi tanah semakin
kehilangan bahan organik dan kondisi tanah semakin berat, mengakibatkan pengolahan semakin sulit
dan biaya akan semakin mahal  4
Tabel.4.  Analisa Usaha Tani Cara Konvensional dan metode SRI setelah musim 
    ke 2 dalam 1 ha 
No. Uraian Cara Biasa Cara organik
SRI
A.  Komponen Input/ha 
Benih (Rp. 5000/kg)
Pupuk
1. organik (jerami +3 ton kompos)
2. an-organik Urea, SP36, KCl.(2:1:1)
Pengolahan Tanah 
Pembuatan persemaian 
Pencabutan benih (babut)
Penanaman 
Penyulaman 
Penyiangan
Pengendalian OPT dengan 
1. Pestisida kimia 
2. Biopestisida 
panen  
250.000
-
750.000
1.000.000
105.000
100.000
350.000
20.000
750.000
500.000
-
1.000.000
25.000
1.200.000
-
1.000.000
30.000
-
350.000
50.000
1.050.000
-
150.000
2.000.000
 Jumlah  4.825.000 5.855.000
B Komponen output
-Produksi padi 
-Harga padi Rp 2.000,00/kg (diprediksi harga sama)
5.ton 
10.000.000
10. ton
20.000.000
C Keuntungan  5.175.000 14.145.000.
Hasil panen pada metode SRI pada musim pertama tidak jauh berbeda dengan hasil sebelumnya
(metode konvensional) dan terus  meningkat pada musim berikutnya sejalan dengan meningkatnya
bahan organik dan kesehatan tanah. 
Beras organik yang dihasilkan dari  sistem tanam di musim pertama memiliki harga yang sama dengan
beras dari sistem tanam konvesional, harga ini didasarkan atas dugaan bahwa beras tersebut belum
tergolong organik, karena pada lahan tersebut masih ada pupuk kimia yang tersisa dari musim tanam
sebelumnya. Dan untuk musim berikutnya dengan menggunakan metode SRI secara berturut-turut,
maka  sampai musim ke 3  akan diperoleh beras organik dan akan  memiki harga yang lebih tinggi dari
beras padi dari sistem konvensional.
7. Manfaat Sistem SRI 
Secara umum manfaat dari budidaya metode SRI adalah sebagai berikut 
1. Hemat air (tidak digenang), Kebutuhan air hanya 20-30% dari kebutuhan air untuk cara
konvensional 
2. memulihkan kesehatan dan kesuburan tanah, serta mewujudkan keseimbangan ekologi tanah
3. Membentuk petani mandiri yang mampu meneliti dan menjadi ahli di lahannya sendiri. Tidak
tergantung pada pupuk dan pertisida  kimia buatan pabrik yang semakin mahal dan terkadang
langka 
4. membuka lapangan kerja dipedesaan, mengurangi pengangguran dan meningkatkan
pendapatan keluarga petani
5. menghasilkan produksi beras yang sehat rendemen tinggi, serta tidak mengandung residu
kimia 
6. mewariskan tanah yang sehat untuk  generasi mendatang  5
8. KESIMPULAN 
Metode SRI menguntungkan untuk petani, karena produksi meningkat sampai 10 ton/ha, selain itu
karena tidak mempergunakan pupuk dan pestisida  kimia, tanah menjadi gembur, mikroorganisme
tanah meningkat jadi ramah lingkungan. 
Untuk mempercepat penyebaran metode SRI perlu dukungan dengan kebijakan pemerintah pusat
maupun daerah. 
DAFTAR PUSTAKA 
Entun Santosa, 2005. Rice organic farming is a programme for strengtenning food security in
sustainable rural development, Makalah disampaikan pada seminar Internasinal Kamboja
ROF. 
Kuswara dan Alik Sutaryat, 2003. Dasar Gagasan dan Praktek Tanam Padi Metode SRI (System of
Rice Intencification). Kelompok Studi Petani (KSP). Ciamis  
Mutakin, J. 2005. Kehilangan Hasil Padi Sawah Akibat Kompetisi Gulma pada Kondisi SRI (Systen of
Rice Intencification). Tesis. Pascasarjana. Unpad Bandung
Sampurna Untuk Indonesia, 2008. SRI Sytem Rice intensification, Pasuruan